Minggu, 21 Agustus 2011

KRISMON

Sampai 1996, Asia menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang. Tetapi, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan memiliki "current account deficit" dan perawatan kecepatan pertukaran pegged menyemangati peminjaman luar dan menyebabkan ke keterbukaan yang berlebihan dari risiko pertukaran valuta asing dalam sektor finansial dan perusahaan.

Pelaku ekonomi telah memikirkan akibat Daratan Tiongkok pada ekonomi nyata sebagai faktor penyumbang krisis. RRT telah memulai kompetisi secara efektif dengan eksportir Asia lainnya terutaman pada 1990-an setelah penerapan reform orientas-eksport. Yang paling penting, mata uang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar, yang naik nilainya pada 1990-an. Importir Barat mencari pemroduksi yang lebih murah dan menemukannya di Tiongkok yang biayanya rendah dibanding dollar.

Krisis Asia dimulai pada pertengahan 1997 dan memengaruhi mata uang, pasar bursa dan harga aset beberapa ekonomi Asia Tenggara. Dimulai dari kejadian di Amerika Selatan, investor Barat kehilangan kepercayaan dalam keamanan di Asia Timur dan memulai menarik uangnya, menimbulkan efek bola salju.

Banyak pelaku ekonomi, termasuk Joseph Stiglitz dan Jeffrey Sachs, telah meremehkan peran ekonomi nyata dalam krisis dibanding dengan pasar finansial yang diakibatkan kecepatan krisis. Kecepatan krisis ini telah membuat Sachs dan lainnya untuk membandingkan dengan pelarian bank klasik yang disebabkan oleh shock risiko yang tiba-tiba. Sach menunjuk ke kebijakan keuangan dan fiskal yang ketat yang diterapkan oleh pemerintah pada saat krisis dimulai, sedangkan Frederic Mishkin menunjuk ke peranan informasi asimetrik dalam pasar finansial yang menuju ke "mental herd" di antara investor yang memperbesar risiko yang relatif kecil dalam ekonomi nyata. Krisis ini telah menimbulkan keinginan dari pelaksana ekonomi perilaku tertarik di psikologi pasar

italiano

Kursus Bahasa Italia Online- Lesson 3 : 2

Kursus Bahasa Italia Online Lesson 3: 2
Oleh : Shirley Hadisandjaja, Milan, Italy
PERCAKAPAN B

Di Bar Hotel

Percakapan antara Marta, suaminya Anton, dan Pietro dan Silvia Rossi, pasangan suami-istri Italia yang juga sedang tinggal di hotel.

MARTA : Buongiorno (Selamat Pagi)
PIETRO : Buongiorno, signora (Selamat Pagi, Bu/nyonya)
MARTA : Mi chiamo Marta Utomo (Nama saya Marta Utomo)
PIETRO : Piacere! Io sono Pietro Rossi (Apa kabar! Saya adalah Pietro Rossi)
MARTA : Piacere! Molto lieta! (Apa kabar! Senang berkenalan dengan anda!)
PIETRO : Questa è mia moglie (Ini adalah istri saya)
SILVIA : Piacere! (Apa kabar)
MARTA : E questo è mio marito (dan ini adalah suami saya)
PIETRO : Molto lieto! Parla italiano anche Lei? (Senang berkenalan dengan anda! Apakah anda juga berbicara bahasa italia?)
ANTON : No. (tidak)
MARTA : Purtroppo no. Siamo indonesiani. (Sayang sekali tidak. Kami orang Indonesia).
PIETRO : Di dove siete? (dari mana asal kalian?)
MARTA : Siamo di Jakarta. E voi? (Kami dari Jakarta. Dan kalian?)
PIETRO : Siamo di Milano (kami dari Milan).
MARTA : Ah! Milano è molto grande. (Ah! Milano sangat besar)
SILVIA : Sì, ma anche Jakarta è una citta grande e famosa (Ya, tetapi Jakarta juga adalah sebuah kota besar dan terkenal.



Rabu, 10 Agustus 2011